Selasa, 14 Juli 2009

Konser Karangduren




Peserta Konser Karangduren













Anak sekolah Minggu Ikut Bernyanyi







Dirigen dan pemain Muzik














Pemain Angklung












Pemain Suling

Selasa, 07 Juli 2009

konser perdana

”KARANGDUREN BERNYANYILAH”

KONSER 30 TAHUN SIDANG KARANGDUREN

DISTRIK PANTURA

Seluruh jemaat sidang Karangduren bersukacita dalam melaksanakan konser perdananya. Konser 30 Tahun sidang karangduren yang begitu meriah walaupun Karangduren adalah sidang kecil di bawah kaki gunung Merbabu. Herder Purwono sangat terkesan dengan konser tersebut yang diadakan pada Sabtu, 20 Juni 2009.

Konser ini bertemakan ”karangduren bernyanyilah”

Tepat pukul 16:00 WIB, konser perdana Sidang Karangduren resmi dibuka dengan beberapa lagu, kemudian sambutan oleh Evangelist Suwidyo Yakub. Setelah pembacaan narasi dimulailah konser yang meriah itu. Total peserta konser adalah 30 orang yang terdiri atas pemangku jawatan, bapak-bapak dan ibu-ibu serta para remaja, karena bertepatan dengan ulang tahun Gereja Karangduren yang ke-30. Hadirin juga sangat antusias mengikuti jalannya konser, sekitar 50 hadirin yang datang sungguh suatu penghargaan yang terbesar bagi kami dalam melaksanakan konser tersebut.

Empat dirigen beraksi dalam konser tersebut disertai satu arranger musik yang mengubah lagu Nyanyian Paduan Suara dan beberapa lagu internasional dalam beberapa genre musik, misalnya jazz dalam lagu ”Amazing Grace” dan classical hiphop dalam lagu ”Percaya Tiap Hari” dan ”Kutamu Di Dunia”. Herder Purwono meskipun terlambat karena perjalanan yang macet juga memberikan kesan dan pesan terhadap konser ini. Beliau sangat bangga bahwa Sidang Karangduren yang dulunya hanya beberapa jiwa, sekarang telah berkembang pesat dan dapat mengadakan konser yang megah. Konser berlangsung sekitar 2 jam dan disaat itu pula ada salah satu anggota sidang Karangduren yang berulang tahun pada hari itu pula.

Konser 30 Tahun GKBAT Karangduren Pantura


Judul lagu

Iringan

Pra Konser


Marilah Kita Memuji (Arr. Suryo W.A.)

Koor + Keyboard

FF Musik Sozo (Kitaro)

Suling + Keyboard

Kudatang Mengucap Syukur

Koor + Keyboard

Doa Pembukaan ( Ev. Suwidyo Yakub)


Marilah Semua Datang Padaku

Semua Peserta + Angklung

Konser & Narasi


Surga Memuji

Koor + Keyboard

Segala yang Hidup Puji Tuhan

Angklung

Pancarkan Kasihmu

Koor + Piano

Narasi


Kau Pelindungku

Suling + Keyboard

Amazing Grace (Arr. Suryo W.A.)

Koor + Keyboard + Solo

Dina Iki Allah Kang Nentokake

(Penerjemah: Pr. Darvin)

Koor + Keyboard

Narasi


Percaya Tiap Hari (Arr. Suryo W.A.)

Koor + Keyboard + Solo

Pilihan Allah

Koor

Halleluya ( H. Ober)

Angklung + Keyboard

Kita Anak Allah Maju Ke Surga

ASM + Koor + Keyboard

Narasi


Kutamu Di Dunia (Arr. Suryo W.A.)

ASM + Koor + Keyboard + Solo

Jesus Joy A Man’s Desiring (Kitaro)

Angklung + Keyboard

Halleluya ( Handel)

Koor + Keyboard

Doa Penutup( Hd. Purwono)


Tuhan Trima Kasih (Arr. Dk. Maman)

Semua Peserta + Angklung



Pembawa Acara:

  • Dk. Imelda Wikan Kristian

Keterangan Solo:

  • “Amazing Grace” oleh sdri. Madya Novitasari
  • “ Percaya Tiap Hari” oleh sdri Gotha Aprilia Kurnia.Putri
  • “ Pilihan Allah” oleh sdr. Feliks Wida Satyamarda
  • “ Kutamu Di Dunia” oleh sdr. Kristian Brian Kusuma

Dirigen:

  • Pr. Sarkoro
  • Dk. Sutoyo
  • Sdr. Suryo Widhi Atmoko
  • Sdr. Adita Tri Nugroho

ATN-SWA/KRD

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA KERASULAN BARU KARANGDUREN



Pada tahun 1978 ada 4 jiwa yang berasal dari sidang Mawen, distrik Surakarta mendambakan pelayanan tersendiri di Salatiga, Mereka adalah Saudara Herry Suparno (sekarang Pr. Penghantar Karangduren), Bp. Kemis beserta istri serta satu anaknya. Tetapi sayang istri dan anak Bp. Kemis tidak bisa ikut karena masih kecil. Mereka tinggal di Ngaglik, Ledok, Argomulyo, Salatiga. Mengingat jarak Salatiga-Mawen cukup jauh (± 75 km), maka tidak mungkin pulang secara rutin untuk berkebaktian. Maka dari itu mereka merindukan pelayanan sendiri di Salatiga.

Atas dasar tersebut maka pada akhir tahun 1978 mereka sepakat mengirim surat kepada Rasul Distrik Hendra Tansahsami yang berisi mohon pelayanan tersendiri. Tanggal 11 Januari 1979 Rasul membalas surat tersebut yang berisi menyetujui pelayanan tersebut dan meminta data-data semua jiwa disini. Beliau juga memberitahukan bahwa ada beberapa kerasulan yang tinggal di Salatiga bernama Bu. Oostende dan Sdr. Welas di Gendongan Lor No. 506 Salatiga. Beliau berharap agar mereka juga dikunjungi agar kembali bersukacita memperoleh pelayanan Tuhan kembali.

Pada tanggal 29 Januari 1979 hadir Uskup Yusak (sekarang Rasul t.m) untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembukaan Gereja Kerasulan Baru di Salatiga. Kemudian Bp. Kemis membuat surat surat izin yang ditujukan kepada:

1. Bp. Tripida Kecamatan Salatiga

2. Bp. Camat

3. Bp. Dan Sek Pol

4. Bp. Dan Ramil Salatiga.

Maka Gereja Kerasulan Baru di Salatiga resmi dibuka pada:

Hari/tanggal : Minggu, 11 Pebruari 1979

Tempat : Rumah Bu Oostende

Alamat : Gendongan Lor No. 506, Kel Gendongan, Kec. Salatiga, Kodya

Salatiga

Dibuka oleh : Uskup Yusak Saptohadiprayitno dan Pr. Pujo Siswoyo dari Gendeng Yogyakarta

Peserta : 24 orang termasuk simpatisan

Perkembangan selanjutnya setelah pembukaan pelayanan sekitar satu setengah bulan pertama dilaksanakan oleh para jawatan dari Yogyakarta, akan tetapi demi kelancaran pelayanan selanjutnya maka pada tanggal 25 Maret 1979 di Gendongan, Rasul Distrik Hendra Tansahsami menahbiskan Sdr. Herry Suparno menjadi Priester Penghantar dan Sdr. Kemis menjadi Diaken.

Kebaktian di siding Gendongan ini kurang lebih berlangsung selam 2 tahun sampai Bu Oostende wafat. Berhubung Bu Oostende telah wafat dan sebagian besar anggota siding bertempat tinggal di luar kota Salatiga, maka tempat kebaktian mengalami banyak perubahan. Semula di rumah Bo Oostende, kemudian pindah di rumah kontrakan Pr. Herry Suparno, yaitu di rumah Bp. Surip di Ledoksari, Karangduren, Tengaran, Kabupaten Semarang, selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian pindah lagi di rumah Pr. Herry Suparno sendiri di Karangduren selama kurang lebih 5 tahun.

Agar dapat berkebaktian di tempat yang lebih layak dan ruangan yang lebiih luas maka pada tanggal 11 Pebruari 1985 pihak Gereja membeli tanah di pinggir jalan raya Semarang-Solo, Karangduren, Tengaran (± 7 km dari Kota Salatiga).

Pembangunan Gereja dimulai sekitar bulan Nopember 1986 hingga bulan Nopember 1988. Akan tetapi pembangunan tidak berjalan lancar, banyak kendala dan rintangan untuk menyelesaikannya. Mulai dari warga sekitar yang tidak mengijinkan dengan kata lain di boykot agar tidak dilaksanakan kebaktian karena dinilai membuat gaduh, juga dituduh merampas tanah milik Bp. Hardono.


Semangat tidak pudar bagi para anggota untuk tetap berkebaktian di Gereja. Hal ini juga dikuatkan karena telah mendapat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari pemerintah. Sampai sekarang Gereja ini masih tetap digunakan.


Rabu, 20 Mei 2009

organisasi

Organisasi

Gereja Kerasulan Baru di Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah besar, yang masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang rasul.

Rasul Kepala Wilhelm Leber


Rasul Distrik Urs Hebeisen

Rasul Distrik Alfons Tansahtikno

Alamat Kantor : Jl. Ir H Juanda No 7 Bandung 40116 – Jawa Barat

No Telp :( +62 22) 420 3154

No Fax : +62 22 423 7708

Email : a_tansahtikno@gkbi.or.id

Rasul Samuel Hadiwidagdo

Alamat Kantor : Gg Angrek I No. 56 Gombong 54411 – Jawa Tengah

No Telp :( +62 287) 471 684

No Fax : (+62 287) 471 684

Email : s_hadiwidagdo@gkbi.or.id

Rasul Edi Isnugroho

Alamat Kantor : Gendeng Gk IV / 744 Jogjakarta 55225

No Telp : (+62 274) 563 692

No Fax : (+62 274) 553 247

Email : e_isnugroho@gkbi.or.id



sidang karang duren


pr.herry suparno

selaku penghantar sidan sejak 1979


pr.abednego sarkoro


pr.widodo


pr. sudarto


pr.sudarvin


dk. sumarno


dk. sutoyo


dk.imelda wikan kristian


dk. pantoro abed nego


DAFTAR REMAJA


1. mulyono(ketua)

2. Adita tri nugroho(jurang)

3. suryo widhi atmoko ( sie paduan suara)

4. madya novita sari

5.elia ling ling melati(guru sekolah minggu)

6. marsini

7. didik rutanto

8. herlambang dw

9. felix w s

10. ruli

11-100 Mr.x



sakramen

Sakramen

Kepercayaan kristen Kerasulan Baru didasarkan pada pengakuan bahwa Tuhan Yesus Kristus telah menugaskan dan memberi kuasa kepada para rasul untuk memberikan Roh Kudus dan mengampuni dosa-dosa.

Gereja Kerasulan Baru memberikan tiga sakramen yang telah ditentukan oleh Tuhan Yesus Kristus sendiri :

1. Baptisan Kudus :

Adalah langkah pertama ke dalam persekutuan dengan Allah, yang dilaksanakan oleh jawatan keimaman pada semua orang pada segala usia.

2. Baptisan Roh Kudus :

adalah pemberian Roh Kudus melaui tumpangan tangan dan doa seorang Rasul, sebagaimana yang dilakukan juga pada zaman kristen kerasulan yang awal.

3. Perjamuan Kudus :

Jika dinikmati dengan kepatutan, memperkuat persekutuan kita dengan Allah dan PutraNya Tuhan Yesus Kristus. Perjamuan kudus ini didahului oleh pengampuanan.


di sidang karang duren telah melaksanakan hal itu lebih dari 70 jiwa

jika anda tertarik ALLAH menyediakan tempat bagi anda

Sejarah
















Pr. Herry Suparno
(Penghantar sidang Karangduren)


Sejarah GKBI


Baru? Begitu kata yang pertama terlontar jika mendengar perihal gereja ini. Kata Kerasulan Baru sebenarnya berarti melanjutkan Kerasulan yang awal dimana murid-murid Yesus , yaitu para rasul telah bekerja. Pada awal abad ke 19, orang-orang kristen yang saleh di skotlandia, inggris dan Jerman merindukan pengajaran Tuhan Yesus Kristus yang murni.

Mereka tahu bahwa jawatan Rasul sangat dubutuhkan, dan oleh karenanya mereka memohon terus-menerus agar jawatan Rasul dikirim lagi, Melalui nubuat yang dibangkitkan oleh Roh Kudus, Allah memanggil Rasul-Rasul yang pertama dan jawatan-jawatan lainnya di Skotlandia dan inggris pada jaman kita sekarang ini. Sidang-sidang jemaat yang pertama didirikan di Albury dan London. Nama Gereja ini New Apostolich Church dalam bahasa Indonesia yaitu Gereja Kerasulan Baru

Pada awal tahun enampuluhan di abad ke-19, dimulailah pertumbuhan yang menuju pada penyebaran Gereja Kerasulan Baru ke seluruh muka bumi.

Gereja Kerasulan Baru bukanlah tiruan dari Kerasulan yang awal, tetapi kesinambungan langsung di zaman ini. Pada zaman sekarang ini sama dengan zaman dahulu, Roh Kudus yang diberikan oleh para Rasul adalah tenaga Roh yang menjadikan si penerima menjadi milik Allah.

Sama sebagaimana Rasul Petrus merupakan pucuk pimpinan yang nampak dari gereja awal, demikian juga umat kristen Kerasulan Baru melihat pimpinannya pada zaman sekarang ini di dalam diri Rasul Kepala yang merupakan pimpinan dari semua para Rasul dan semua Gereja Kerasulan Baru di seluruh muka bumi






Sejarah

Sejarah Gereja Kerasulan Baru di Indonesia mengalami pasang surut. Kesaksian perihal pekerjaan kemurahan Allah yang didirikan kembali, disebarluaskan di negeri ini oleh orang-orang Belanda, para pengikut F.L. Anthing, wakil ketua pengadilan tinggi kerejaan Hindia Belanda yang memasuki masa pension sekitar abad ke 19, yang tinggal di Batavia (sekarang Jakarta) di Pulau Jawa. Lama kelamaan banyak pula orang-orang Jawa yang menemukan pekerjaan Tuhan, salah seorang diantaranya bernamanya Sadrach Soeropranoto, yang sangat disegani oleh orang-orang muslim dan bersama-sama banyak orang sekepercayaannya menjadi kerasulan baru. F.L. Anthing sangat mengenali sifat-sifat khas orang ini, karena ia telah mengetahui dengan baik kebiasaan-kebiasaan dan tradisi setempat selama ia menjalankan profesi sebelumnya

Pada akhir tahun 1870 F.L. Anthing pergi ke Eropa, untuk menjalin hubungan dengan Rasul Schwarz. Rasul Schwarz mentahbiskan beliau menjadi Rasul untuk Indonesia. Namun F.L. Anthing meninggal dunia segera sesudah perjalanan pulang akibat kecelakaan lalulintas. Sebagai penggantinya, Rasul Lim Tjoe Kim, seorang Cina keturunan untuk bekerja di Pulau Jawa. Pekerjaannya diberkati Tuhan; keberhasilan yang luar biasa ia dapatkan pada orang-orang desa, terutama Magelang. dimana banyak orang menemukan mezbah Tuhan. Namun ia pun tak lama memangku tugas jawatan tersebut, karena kemudian ia meninggal dunia. Tahun-tahun berikutnya Rasul Hanibals, Jacobs dan Schmiz bekerja di Pulau Jawa, di samping mereka, di bagian pedalaman bekerjalah Rasul Sadrach Soeropranoto, yang mencapai usia 100 tahun, terus bekerja di dalam pekerjaan Tuhan sampai akhir hayatnya. Pada akhir hayatnya di wilayahnya terhitung 52 sidang dengan kurang lebih 5.000 jiwa. Sesudahnya pekerjaan ini dilanjutkan oleh Rasul Jotham Martoredjo dan Kepas Tjitrowiryo yang melayani penduduk pedalaman; Rasul Kepas (Para penduduk asli lebih suka menyapanya dengan nama depannya saja) dibantu dengan Uskup Kenow Sutoredjo dan Oudste Martasudarma. Ia diberi pengasoan oleh Rasul Fasen dan pada tahun 1940 karena usia lanjut dan kemampuan fisiknya yang sudah melemah. Rasul Martoredjo meninggal dunia tak lama kemudian

Sampai tahun 1947 sidang-sidang jemaat di Pulau Jawa di rawat oleh Rasul Faasen, yang ditahbiskan menjadi Rasul pada tahun 1928. Ia selain mengurus bangunan gereja yang telah ada di Cimahi juga mendirikan sebuah gereja di Magelang. Kemudian dibangun pula Gereja-gereja dibandung, Batavia dan Surabaya. Dalam sebuah rapat besar yang dihadiri oleh hamper seluruh pemangku jawatan, beliau meletakan dasar untuk memungkinkan keseragaman seluruh sidang jemaat.

Pada saat pecah perang melawan Jepang, Rasul Faasen sangat terhalang dalam menunaikan tugasnya, sehingga pada tahun 1942 hanya dapat melayani sidang di Cimahi. Dimana mana hanya ada penderitaan dan kemiskinan, para saudara-saudari menjadi terpencar ke berbagai desa, tidak ada lagi hubungan melalui pos, serta tidak memungkinkan terjadi kontak pribadi satu sama lain. Rasul Faasen beserta keluarganya diasingkan dan hamper satu tahun lamanya dipisahkan dengan milikNya. Namun tangan Tuhan tetap melindunginya dengan aman beserta anggota keluarganya dari kematian, meskipun beliau harus menghabiskan waktu yang berat di dalam tempat-tempat tawanan dan penjara-penjara yang berbeda. Pada tahun 1949 ia beserta keluarganya dipaksa meninggalkan negeri ini, maka ia pulang ke Belanda.

Pada tahun-tahun pendudukan Pulau Jawa oleh tentara Jepang, Markam Martasudarma yang sementara itu telah di tahbiskan menjadi Uskup, mempersembahkan banyak kurban. Ia patut diberi ucapan terima kasih, karena atas usaha-usahanya di beberapa siding jemaat dapat dimulai kebaktian-kebaktian serta banyak kesulitan yang diakibatkan oleh keadaan ini dapat diatasi.

Rasul Distrik H Tansahsami
Pada tahun 1951 Oudste Distrik Tan Biang Sing (Hendra Tansahsami) dipanggil oleh Rasul Ke pala Bischoff ke Frankfurt am Main. Ia ikut ambil bagian dalam kebaktian pada tanggal 5 Agustus 1951, yang untuk pertama kalinya seorang rasul kepala mengundang seluruh rasul yang aktif seperti juga beberapa jawatan distrik dari seluruh distrik rasul, termasuk distrik-distrik negara diseberang lautan. Beliau menjual sebagian perabot rumah untuk membiayai perjalanannya. Di Frankfurt Rasul Kepala Bischoff mempercayakan kepadanya jawatan Rasul Distrik dan melimpahkan kepadanya tanggung jawab sebagai pemimpin siding-sidang jemaat di Indonesia.