Selasa, 07 Juli 2009

konser perdana

”KARANGDUREN BERNYANYILAH”

KONSER 30 TAHUN SIDANG KARANGDUREN

DISTRIK PANTURA

Seluruh jemaat sidang Karangduren bersukacita dalam melaksanakan konser perdananya. Konser 30 Tahun sidang karangduren yang begitu meriah walaupun Karangduren adalah sidang kecil di bawah kaki gunung Merbabu. Herder Purwono sangat terkesan dengan konser tersebut yang diadakan pada Sabtu, 20 Juni 2009.

Konser ini bertemakan ”karangduren bernyanyilah”

Tepat pukul 16:00 WIB, konser perdana Sidang Karangduren resmi dibuka dengan beberapa lagu, kemudian sambutan oleh Evangelist Suwidyo Yakub. Setelah pembacaan narasi dimulailah konser yang meriah itu. Total peserta konser adalah 30 orang yang terdiri atas pemangku jawatan, bapak-bapak dan ibu-ibu serta para remaja, karena bertepatan dengan ulang tahun Gereja Karangduren yang ke-30. Hadirin juga sangat antusias mengikuti jalannya konser, sekitar 50 hadirin yang datang sungguh suatu penghargaan yang terbesar bagi kami dalam melaksanakan konser tersebut.

Empat dirigen beraksi dalam konser tersebut disertai satu arranger musik yang mengubah lagu Nyanyian Paduan Suara dan beberapa lagu internasional dalam beberapa genre musik, misalnya jazz dalam lagu ”Amazing Grace” dan classical hiphop dalam lagu ”Percaya Tiap Hari” dan ”Kutamu Di Dunia”. Herder Purwono meskipun terlambat karena perjalanan yang macet juga memberikan kesan dan pesan terhadap konser ini. Beliau sangat bangga bahwa Sidang Karangduren yang dulunya hanya beberapa jiwa, sekarang telah berkembang pesat dan dapat mengadakan konser yang megah. Konser berlangsung sekitar 2 jam dan disaat itu pula ada salah satu anggota sidang Karangduren yang berulang tahun pada hari itu pula.

Konser 30 Tahun GKBAT Karangduren Pantura


Judul lagu

Iringan

Pra Konser


Marilah Kita Memuji (Arr. Suryo W.A.)

Koor + Keyboard

FF Musik Sozo (Kitaro)

Suling + Keyboard

Kudatang Mengucap Syukur

Koor + Keyboard

Doa Pembukaan ( Ev. Suwidyo Yakub)


Marilah Semua Datang Padaku

Semua Peserta + Angklung

Konser & Narasi


Surga Memuji

Koor + Keyboard

Segala yang Hidup Puji Tuhan

Angklung

Pancarkan Kasihmu

Koor + Piano

Narasi


Kau Pelindungku

Suling + Keyboard

Amazing Grace (Arr. Suryo W.A.)

Koor + Keyboard + Solo

Dina Iki Allah Kang Nentokake

(Penerjemah: Pr. Darvin)

Koor + Keyboard

Narasi


Percaya Tiap Hari (Arr. Suryo W.A.)

Koor + Keyboard + Solo

Pilihan Allah

Koor

Halleluya ( H. Ober)

Angklung + Keyboard

Kita Anak Allah Maju Ke Surga

ASM + Koor + Keyboard

Narasi


Kutamu Di Dunia (Arr. Suryo W.A.)

ASM + Koor + Keyboard + Solo

Jesus Joy A Man’s Desiring (Kitaro)

Angklung + Keyboard

Halleluya ( Handel)

Koor + Keyboard

Doa Penutup( Hd. Purwono)


Tuhan Trima Kasih (Arr. Dk. Maman)

Semua Peserta + Angklung



Pembawa Acara:

  • Dk. Imelda Wikan Kristian

Keterangan Solo:

  • “Amazing Grace” oleh sdri. Madya Novitasari
  • “ Percaya Tiap Hari” oleh sdri Gotha Aprilia Kurnia.Putri
  • “ Pilihan Allah” oleh sdr. Feliks Wida Satyamarda
  • “ Kutamu Di Dunia” oleh sdr. Kristian Brian Kusuma

Dirigen:

  • Pr. Sarkoro
  • Dk. Sutoyo
  • Sdr. Suryo Widhi Atmoko
  • Sdr. Adita Tri Nugroho

ATN-SWA/KRD

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA KERASULAN BARU KARANGDUREN



Pada tahun 1978 ada 4 jiwa yang berasal dari sidang Mawen, distrik Surakarta mendambakan pelayanan tersendiri di Salatiga, Mereka adalah Saudara Herry Suparno (sekarang Pr. Penghantar Karangduren), Bp. Kemis beserta istri serta satu anaknya. Tetapi sayang istri dan anak Bp. Kemis tidak bisa ikut karena masih kecil. Mereka tinggal di Ngaglik, Ledok, Argomulyo, Salatiga. Mengingat jarak Salatiga-Mawen cukup jauh (± 75 km), maka tidak mungkin pulang secara rutin untuk berkebaktian. Maka dari itu mereka merindukan pelayanan sendiri di Salatiga.

Atas dasar tersebut maka pada akhir tahun 1978 mereka sepakat mengirim surat kepada Rasul Distrik Hendra Tansahsami yang berisi mohon pelayanan tersendiri. Tanggal 11 Januari 1979 Rasul membalas surat tersebut yang berisi menyetujui pelayanan tersebut dan meminta data-data semua jiwa disini. Beliau juga memberitahukan bahwa ada beberapa kerasulan yang tinggal di Salatiga bernama Bu. Oostende dan Sdr. Welas di Gendongan Lor No. 506 Salatiga. Beliau berharap agar mereka juga dikunjungi agar kembali bersukacita memperoleh pelayanan Tuhan kembali.

Pada tanggal 29 Januari 1979 hadir Uskup Yusak (sekarang Rasul t.m) untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembukaan Gereja Kerasulan Baru di Salatiga. Kemudian Bp. Kemis membuat surat surat izin yang ditujukan kepada:

1. Bp. Tripida Kecamatan Salatiga

2. Bp. Camat

3. Bp. Dan Sek Pol

4. Bp. Dan Ramil Salatiga.

Maka Gereja Kerasulan Baru di Salatiga resmi dibuka pada:

Hari/tanggal : Minggu, 11 Pebruari 1979

Tempat : Rumah Bu Oostende

Alamat : Gendongan Lor No. 506, Kel Gendongan, Kec. Salatiga, Kodya

Salatiga

Dibuka oleh : Uskup Yusak Saptohadiprayitno dan Pr. Pujo Siswoyo dari Gendeng Yogyakarta

Peserta : 24 orang termasuk simpatisan

Perkembangan selanjutnya setelah pembukaan pelayanan sekitar satu setengah bulan pertama dilaksanakan oleh para jawatan dari Yogyakarta, akan tetapi demi kelancaran pelayanan selanjutnya maka pada tanggal 25 Maret 1979 di Gendongan, Rasul Distrik Hendra Tansahsami menahbiskan Sdr. Herry Suparno menjadi Priester Penghantar dan Sdr. Kemis menjadi Diaken.

Kebaktian di siding Gendongan ini kurang lebih berlangsung selam 2 tahun sampai Bu Oostende wafat. Berhubung Bu Oostende telah wafat dan sebagian besar anggota siding bertempat tinggal di luar kota Salatiga, maka tempat kebaktian mengalami banyak perubahan. Semula di rumah Bo Oostende, kemudian pindah di rumah kontrakan Pr. Herry Suparno, yaitu di rumah Bp. Surip di Ledoksari, Karangduren, Tengaran, Kabupaten Semarang, selama kurang lebih 2 tahun. Kemudian pindah lagi di rumah Pr. Herry Suparno sendiri di Karangduren selama kurang lebih 5 tahun.

Agar dapat berkebaktian di tempat yang lebih layak dan ruangan yang lebiih luas maka pada tanggal 11 Pebruari 1985 pihak Gereja membeli tanah di pinggir jalan raya Semarang-Solo, Karangduren, Tengaran (± 7 km dari Kota Salatiga).

Pembangunan Gereja dimulai sekitar bulan Nopember 1986 hingga bulan Nopember 1988. Akan tetapi pembangunan tidak berjalan lancar, banyak kendala dan rintangan untuk menyelesaikannya. Mulai dari warga sekitar yang tidak mengijinkan dengan kata lain di boykot agar tidak dilaksanakan kebaktian karena dinilai membuat gaduh, juga dituduh merampas tanah milik Bp. Hardono.


Semangat tidak pudar bagi para anggota untuk tetap berkebaktian di Gereja. Hal ini juga dikuatkan karena telah mendapat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari pemerintah. Sampai sekarang Gereja ini masih tetap digunakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar